Minggu, 11 Oktober 2020

PENGERTIAN KEBENARAN (TUGAS BAB 1)

 BAB 1

Materi yang akan dibahas di dalam bab 1, yakni: 

1.1 Kebenaran Mutlak dan Kebenaran Sementara

1.2 Keterbatasan Ilmu Pengetahuan

1.3 Proses Berpikir Ilmiah

1.4 Proses Berkeimanan


PENDAHULUAN

1.1 Kebenaran Mutlak dan Kebenaran Sementara

Kebenaran banyak jenis dan lingkupnya. Nilai kebenaran dipandang terikat ruang dan 

waktu. Begitu banyak orang yang “memiliki” atau “memegang” nilai-nilai kebenaran. Para pemuja culture studies menghargai keberadaan semua nilai kebenaran dallam semua tataran ruang dan waktu. Bagi mereka, tak ada “kebenaran” yang dianggap sallah. Nilai kebenaran menurut teori cultural studies, pendapat menyatakan bahwa kebenaran sesaat dan selingkung. Tak ada kebenaran yang mutlak. Masing-masing lingkup kebenaran bisa saling berseberangan, bertentangan, bahkan saling menjatuhkan. Sesuatu yang mutlak, tetap, tidak berubah, qath’i, pasti, dianggap terlalu mapan, statis, tidak sejalan dengan kebutuhan zaman. Teori para modernis yang mengagungkan aneka perubahan terus-menerus sejalan pola penggubahan benda-benda masinal, telah menuntut semua kondisi harus selalu berubah. Perubahan adalah jiwa para modernis. Oleh karena itu, tak ada ruang yang ramah yang bisa dipakai untuk membicarakan kebenaran mutlak sebab, para post-modernis yang ingin memutarbalikkan kesadaran para modernis hampir dalam segala hal. Nilai-nilai kebenaran yang bersifat Ilahiah, sangat mutlak. Kemutlakan itu mengindikasikan sesuatu yang tetap, tidak akan berubah, bahkan sama sekali steril dari kemungkinan tafsir-tafsir. Dalam menimbang nilai-nilai kebenaran, Islam mengenal tiga tingkatan proses pemahaman tentangnya, yakni Nilai kebenaran ‘ilmulyaqiin (kebenaran yang didukung oleh pengetahuan teori), ‘ainulyaqiin (kebenaran yang dilengkapai dengan hasil pembuktian empiris dalam aneka penelitian kasat mata), dan haqqulyaqiin (kebenaran imaniah, tingkat kebenaran tertinggi yang dibarengi dengan kepasrahan atas pemilik kebenaran yang mutlak).

       Allah menentukan aneka kebenaran terkait dengan berbagai hukum yang  harus dijalani dan dipatuhi oleh manusia jika tidak akan terjadi kekacauan. Salah satu contoh yang paling sederhana yaitu pada zaman dahulu, pada zaman Nabi Muhammad saw, Allah telah menetapkan bahwa hinzir (babi), zina, khamr, dan mencuri, adalah sesuatu yang dikenai hukum haram. Keharaman babi, zina, khamr, dan mencuri tetap, mutlak sebagai suatu nilai kebenaran yang tidak akan berubah. Jika nilai kebenaran itu berubah mengikuti zaman, memenuhi tuntunan tempat yang didukung oleh budaya tertentu, begitu pun terkait dengan hukum-hukum Allah yang lainnya, berarti Allah itu tidak memiliki kepastian hukum. Semua yang terjadi di alam ini mengikuti ketentuan pasti (qadr) Allah. Tataran kebenaran mutlak sangat luas dan sudah pasti universal. Dalam kondisi tertentu kebenaran itu seolah-olah masih memerlukan bukti empiris dalam tataran kebenaran ainulyaqiin, kebenaran yang terindera, kebenaran yang tersaksikan secara kasat mata. Sedangkan, kebenaran yang berada pada tataran haqqulyaqiin hanya akan didapatkan pemahamannya oleh sementara orang yang telah memiliki nilai keimanan.

          Dalam tataran kebenaran ilmiah, tak ada sesuatu pun yang bisa dikategorikan sebagai kebenaran yang mutlak. Satu kebenaran hasil temuan ilmiah adalah kebenarana temporer yang secara berkala akan digantikan oleh jenis kebenaran temuan lainnya yang lebih baru.Pada dasarnya peneliti masih bisa menggubah tata kerja lain yang baru, yang sama sekali berbeda dengan tata kerja yang telah ada, selama semua perubahan dan pergantian pola itu bisa dipertanggunjawabkan secara empiris.Nilai empiris menjadi aturan main utama dalam kegiatan ilmiah. Keempirisan kegiatan Ilmiah, jika diposisikan pada tiga tahapan keyakinan tentang kebenaran yang telah dibahas terdahulu, baru berada pada tataran ‘ilmulyaqiin dan ‘ainulyaqiin.


1.2 Keterbatasan Ilmu Pengetahuan.

        Allah memberi kebebasan menentukan pilihan (: kafuuraa atau syakuuraa; mengikuti fujur ataupun menetapkan memilih taqwa) kepada semua manusia. Tetapi, kepada mahluk lain selain manusia dan jin, Allah menetapkan ketetapan yang pasti, ketetapan yang tidak bisa diubah. “Hukum (yang ada di) alam” adalah ketetapan Allah tersebut yaitu Alam, planet,tumbuhan, binatang. Begitupun malaikat dan iblis. Adapun kutipan ayat tentang planet yang mengikuti hukum alam, yaitu : 


وَآيَةٌ لَهُمُ اللَّيْلُ نَسْلَخُ مِنْهُ النَّهَارَ فَإِذَا هُمْ مُظْلِمُونَ (٣٧) وَالشَّمْسُ تَجْرِي لِمُسْتَقَرٍّ لَهَا ذَلِكَ تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ (٣٨) وَالْقَمَرَ قَدَّرْنَاهُ مَنَازِلَ حَتَّى عَادَ كَالْعُرْجُونِ الْقَدِيمِ (٣٩) لا الشَّمْسُ يَنْبَغِي لَهَا أَنْ تُدْرِكَ الْقَمَرَ وَلا اللَّيْلُ سَابِقُ النَّهَارِ وَكُلٌّ فِي فَلَكٍ يَسْبَحُونَ (٤٠)

Artinya : 

(37) “Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah malam; Kami tanggalkan siang dari malam itu, maka dengan serta merta mereka berada dalam kegelapan.”

(38) “Dan matahari berjalan ditempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.”

(39) “Dan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga (setelah dia sampai ke manzilah yang terakhir) kembalilah dia sebagai bentuk tandan yang tua.”

(40) “ Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya.”


         Ilmu Allah adalah ilmu yang open source, yang bisa dimanfaatkan oleh siapapun yang memiliki semangat pencarian tinggi dan istiqamah. Keunggulan manusia, seperti yang dicontohkan dalam peristiwa Nabi Adam dengan Iblis dan Malaikat, adalah pengetahuannya tentang segala yang ada dii alam. Allah menyiapkan Nabi Adam, juga keturunannya, sebagai mahluk yang unggul dibanding mahluk lainnya. Manusia telah dipercaya menjadi khalifah di atas Bumi, sehingga, bukti keunggulan tadi, di samping keunggulan yang melengkapinya yaitu dalam benntuk kesempurnaan penciptaan (lihat Q.S. At-Tiin, 95: 04) . 



لَقَدْ خَلَقْنَا ٱلْإِنسَٰنَ فِىٓ أَحْسَنِ تَقْوِيم (٤)


“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya” 

(Q.S. At-Tiin, 95: 04)

 

        Hanya manusia yang berkembang lengkap dengan tatanan budayanya. Melalui aneka penelitian dan pencarian, manusia menyusur jawaban atas rasa ingin tahunya tentang segala sesuatu. Manusia diberi kemampuan mengembangkan alat perpanjangan tangannya dalam mengelola alam, dalam bentuk temuan-temuan teknologi. Sekalipun manusia memiliki kebebasan melakukan eksperimen, ada batas-batas aturan tertentu yang harus dipatuhi. Di antaranya, batasan etika keilmuan dan terutama nilai keimanan. Batas-batas itu menjadi penting sejalan dengan keterbatasan manusia sendiri. Tantangan Allah kepada kelompok manusia dan jin sangat tegas dalam surat Ar-Rahman, 55: 33.



يَٰمَعْشَرَ ٱلْجِنِّ وَٱلْإِنسِ إِنِ ٱسْتَطَعْتُمْ أَن تَنفُذُوا۟ مِنْ أَقْطَارِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ فَٱنفُذُوا۟ ۚ لَا تَنفُذُونَ إِلَّا بِسُلْطَٰنٍۢ


““Hai jama’ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah. Kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan” 

(Q.S. Ar-Rahmaan, 55: 33)


 Allah memberi kesempatan kepada para peneliti untuk melakukan proses clonning. Terbukti, domba dan kucing yang dilaporkan sebagai hasil kloning itu telah lama lahir. Dalam hayalan manusia-manusia pengubah seni, manusia hasil kloning pun telah banyak berkeliaran. Dalam aneka larangan etik, diam-diam manusia bisa saja mengumbar rasa penasarannya melakukan kegiatan percobaan-percobaan di luar batasan yang ditetapkan majelis Kode Etik Ilmiah. Allah menetapkan sulthan (kekuatan, kemampuan, yang didasari keridhoan Allah) sebagai bekal penentu keberhasilan pencarian manusia atas segala keingintahuannya.

Untuk membayangkan tentang alam, kita bisa berangkat dari pengetahuan dasar kita tentangnya dengan disertai kesadaran. 

“ Posisi kampus kita. Katakanlah, kampus bawah yang berada di kelurahan Kaliuntu. Jika, kita bandingkan kampus bawah dengan kelurahan Kaliuntu, kampus kita hanya sebagian kecil. Coba kita lihat lebih jauh lagi, kelurahan Kaliuntu yang luas, hanya sebagian kecil dari kecamatan Buleleng dan kecamatan Buleleng pun lebih kecil dari kawasan kabupaten Buleleng. Kabupaten Buleleng pun juga lebih kecil dari pulau Bali. Dan seterusnya jika dibangkan secara menerus semuanya akan terlihat lebih kecil. Semua itu adalah ciptaan Allah yang jadi penyeimbang dan bukti kebesaran Allah. Masihkah manusia merasa besar, takkabur, lebih mulia dari pada makhluk Allah laiinnya?”

 

 Allah menciptakan semua itu sangat bermanfaat, tidak sia-sia! (Q.S. Ali ‘Imraan, 4: 190-191)

إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَابِ(١٩٠)

Artinya : “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal”

(Q.S. Ali ‘Imraan, 03: 190)



الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّار (١٩١)

 Artinya : “ (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): ‘Ya Tuhan kami, tiadalah engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka’” (Q..S. Ali ‘Imraan, 03:191).

Keluasan alam itu, sungguh, tak mungkin bisa diketahui secara lengkap oleh manusia. Sekalipun Allah menuntut kita untuk mencermati alam sebagai tanda kekuasaan Allah, manusia  belum tentu bisa mengetahui semua yang ada di sekelilingnya. Perhatikan ayat-ayat Al-Quran yang bercerita tentang hal itu.

فَهَزَمُوهُمْ بِإِذْنِ اللَّهِ وَقَتَلَ دَاوُودُ جَالُوتَ وَآتَاهُ اللَّهُ الْمُلْكَ وَالْحِكْمَةَ وَعَلَّمَهُ مِمَّا يَشَاءُ ۗ وَلَوْلَا دَفْعُ اللَّهِ النَّاسَ بَعْضَهُمْ بِبَعْضٍ لَفَسَدَتِ الْأَرْضُ وَلَٰكِنَّ اللَّهَ ذُو فَضْلٍ عَلَى الْعَالَمِين (َ٢٥١)

Artinya : “Mereka (tentara Thalut) mengalahkan tentara Jalut dengan izin Allah dan (dalam peperangan itu) Daud membunuh Jalut, kemudian Allah memberikan kepadanya (Daud) pemerintahan dan hikmah, (sesudah meninggalnya Thalut) dan mengajarkan kepadanya apa yang dikehendaki-Nya. Seandainya Allah tidak menolak (keganasan) sebahagian manusia dengan sebahagian yang lain, pasti rusaklah bumi ini. Tetapi Allah mempunyai karunia (yang dicurahkan) atas semesta alam “(Q.S. Al-Baqarah, 02: 251) 

تَبَارَكَ الَّذِي نَزَّلَ الْفُرْقَانَ عَلَىٰ عَبْدِهِ لِيَكُونَ لِلْعَالَمِينَ نَذِيرًا(١)

Artinya : “ Maha Suci Allah yang telah menurunkan Al-Furqaan (Al qur-an) kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam” (Q.S. Al-Furqaan, 25: 01)

Perhatikan salah satu peringatan dari Allah yang menegaskan tentang ketidak pantasan manusia kufur kepada keberadaan Allah. .

قُلْ أَئِنَّكُمْ لَتَكْفُرُونَ بِٱلَّذِى خَلَقَ ٱلْأَرْضَ فِى يَوْمَيْنِ وَتَجْعَلُونَ لَهُۥٓ أَندَادًا ۚ ذَٰلِكَ رَبُّ ٱلْعَٰلَمِينَ(٩)

Artinya: “Katakanlah: ‘Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada Yang Menciptakan bumi dalam dua masa dan kamu adakan sekutu-sekutu bagi-Nya? (Yang bersifat) demikian itulah Tuhan semesta alam’.” (QS. Fushshilat, 41: 09)


1.3 Proses Berpikir Ilmiah

       Dari hasil percobaan-percobaan yang telah dilakukan oleh manusia, tersusunlah pola-pola berpikir yang dianggap logis, sebagai bentuk pola berpikir ilmiah. Dalam bahasan keilmuan, dikenal bahwa kaidah ilmu ditegakkan oleh orde (tatanan yang tertaur), determinisme (sebab, pendahulu), parsimoni (kesederhanaan dalam penjelasan dan mencakup lebih banyak fenomena), dan empirisme (menunjukkan kepercayaan pada observasi dan eksperimen). Oleh karena itu, penemuan ilmiah, teori ilmiah, bisa ditelusuri dan dikaji ulang, diuji ulang, melalui jalan yang sama oleh ilmuwan yang berbeda(Rakhmat, 1989: 1-13). Salah satu simpulan hasil kajian Darwin yang diterima mentah-mentah oleh banyak ilmuwan waktu itu, adalah bahwa manusia-manusia masa kini merupakan hasil malih rupa dari wujud monyet, secara evolutif, menjadi manusia sesungguhnya sebab Darwin tidak mampu menunjukkan bukti tesisnya.

       Pada tahun 2000, setelah begitu lama teori evolusi itu menjadi pegangan para ilmuwan, Harun Yahya menulis buku yang begitu gamblang, menunjukkan bukti-bukti kesalahan teori Charles Darwin. Yahya menunjukkan bukti-bukti ilmiah yang menentang teori Darwin. Kesalahan teori Darwin ditunjukkan dengan berbagai bukti nyata, empirik, yang ada di alam, sebagai bukti tak terbantah. Sehingga ketersesatan “ilmiah” para ilmuwan pengusung teori Darwin telah terbantah mentah-mentah. Bahkan, Harun Yahya membongkar “manipulasi ilmiah di belakang Teori Evolusi Darwin dan Motif-motif Ideologisnya”. Di dalam Al-Quran, memang, telah termaktub secara tersurat maupun tersirat tentang aneka kondisi alam yang kemudian menjadi sejenis temuan para peneliti. Proses berpikir ilmiah didahului oleh aneka bentuk keraguan, ketidakpercayaan, keheranan, keingintahuan, yang dilanjutkan dengan kegiatan menyusun rancangan, kegiatan pencarian jawaban atas segala keingintahuan itu. Melalui kegiatan penelitian, eksplorasi, eksperimentasi, manusia menguji hipotesisnya untuk merumuskan simpulan berupa jawaban atas aneka pertanyaan yang diajukan. Di dalam proses berkeimanan, ada yang bisa dibuktikan secara ilmiah, ada juga yang pembuktiannya bertalian dengan waktu tunggu pengujian nilai keimanan manusia tentang kebenaran yang hak, haqqulyaqin.

1.4 Proses Berkeimanan

Berpikir dan bersikap ilmiah berbeda dengan prinsip keimanan.Keimanan harus 


Didahului oleh keyakinan-keyakinan terlebih dahulu.Seseorang yang beriman kepada eksistensi Allah, yang bersangkutan tidak perlu mencari bukti keberadaan Allah, Sang Kholik, dalam kondisi fisik. Tidak berarti akan selalu menghilangkan nilai keimanan seseorang. Dalam proses berkeimanan, tampaknya, seseorang harus lebih banyak menggunakan bentuk pembuktian terbalik. Hudan, petunjuk, ilmu, referensi, telah disediakan oleh Allah yang menguasi kebenaran yang mutlak. Referensi yang telah tersusun dalam bentuk kitab suci Al-Quran, adalah sumber kebenaran dalam tataran ilmulyaqiin dan sebagian di antara penjelasannya bisa mengantarkan manusia ke dalam tataran ainulyaqiin. Ada jalan menuju kebenaran haqqulyaqiin melalui hasil penelitian yang dilakukan oleh seseorang. Keterangan tentang hasil penemuan itu, sebetulnya, telah lama ada dan bisa dibaca di dalam Al-Quran. Tetapi, karena sifat buruk rata-rata manusia yang kerap lebih mengagungkan rasio, nafsu, kesadaran keimanan baru muncul setelah dihadapkan kepada bukti empiris yang fisik.

PUSTAKA RUJUKAN

Emoto, Masaru. 2006. Mizu No Maryoku Kokoro To Karada No Uoutaa Hiiringu. 

 Diterjemahkan “The True Power of Water Hikmah Air dalam Olahjiwa. Bandung: 

 MQ Publisher 

Godman, Arthur. 1989. Kamus Sains Bergambar. Jakarta: Gramedia 

Google Inc. (00020.00019.00015.04549). 2017. Google Earth Pro 7.1.8.3036 (32-bit). 

 kh.google.com 

Haryadi, Yoroshii dan Azaki Karni. 2007. The Untrue Power of Water. Jakarta: Hikmah 

http://dokumen.tips/documents/nusa-tenggara-560790fa524ae.html 

http://edu4peace.blogspot.co.id/2016/06/v-behaviorurldefaultvmlo.html 

https://jokosulistiyo99.wordpress.com/religious-news/perbandingan-bumi-dengan- 

 matahari-dan-planet-planet-lainnya 

http://m.harunyahya.com/tr/buku/3984/The-Social-Weapon-Darwinism/chapter/5123 

 /Social-Darwinism 

http://stationbukuonline.blogspot.co.id/2009/11/sainstekhnologi.html 

http://www.goodreads.com/book/show/358632.The_Evolution_Deceit 

http://www.goodreads.com/book/show/38391.The_True_Power_of_Water 

https://www.mizanstore.com/product/detail/17778-the-untrue-power-of-water 

iQuran V 2.5.4 for Android 

Microsoft Encarta 2005 

Rakhmat, Jalaluddin. 1989. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: Remaja Karya

Mansoer, Hamdan. et.al. 2004. Materi Instruksional Pendidikan Agama Islam di 

 Perguruan Tinggi Umum. Jakarta: Direktorat Perguruan Tinggi Agama Islam, 

 Departemen Agama RI 

Nataatmaja, Hidayat. 1982. Karsa menegakkan Jiwa Agama dalam Dunia Ilmiah Versi 

 Baru Ihya Ulumiddin. Bandung: Iqra 

Nataatmaja, Hidayat. 1984. Ilmu Humanika. Bandung: Risalah 

Poeradisastra, S.I. 1981. Sumbangan Islam kepada Ilmu dan Kebudayaan Modern. 

 Jakarta: Girimukti Pasaka 

Rakhmat, Jalaluddin. 1989. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: Remaja Karya

Suryana, Jajang. 1997. “Isalamisasi Praktisi Sains dan Teknologi”. Makalah dalam 

 Kajian Studi Islam Pengajian Muslimah Mahasiswi STKIP Singaraja 

Suryana, Jajang. 2004. Kajian Pemikiran Sederhana tentang Islam. Kumpulan tulisan. 

 Singaraja 

Suryana, Jajang. 2010. Buku Ajar Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi 

 Umum. Singaraja: Tespong 

Suryana, Jajang. 2010. Buku Ajar Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi 

 Umum V.2.0. Singaraja: Tespong

Taufiq, Mohamad. 2013. Addins Quran in Ms Word V 2.2.0.0. https://www.facebook. 

 com/QuranInMsWord







Tidak ada komentar:

Posting Komentar

WAHANA HOROR DI PUSAT PERBELANJAAN KOTA SINGARAJA MENGHANTUI PIKIRAN MASYARAKAT TERTARIK UNTUK BERKUNJUNG

  Sebuah pusat perbelanjaan  di tengah kota Singaraja membuka wahana horor di dalamnya. Pasalnya, wahana ini hanya dibuka sementara dan berh...