Rabu, 23 Desember 2020

MANUSIA MAKHLUK MORAL

 BAB 9

MANUSIA MAKHLUK MORAL

Materi bab 9 ini terdiri atas :

9.1 Nabi Muhammad saw Diutus untuk Menyempurnakan Akhlak Manusia

9.2 Nabi Muhammad saw sebagai uswah hasanah.

9.3 Konsep manusia terbaik di sisi Allah swt

9.4 Indikator kenabian sebagai uswah hasanah

9.5 Pendidikan karakter dalam konsep Islam.

PENDAHULUAN

9.1 Nabi Muhammad saw Diutus untuk Menyempurnakan Akhlak Manusia

Nabi Muhammad diutus bukan untuk menyempurnakan agama, tetapi untuk menyempurnakan akhlak. Hal itu menunjukkan bahwa yang akan menjadi kunci lengkapnya keimanan dan keislaman seseorang adalah akhlaknya. Allah tidak akan memberi tugas menyempurnakan akhlak kepada seseorang, seandainya yang ditugasi itu tidak memiliki akhlak yang baik. Akhlak yang baik, sebelum Muhammad menjadi Nabi, telah diperlihatkan dalam aneka hubungan sosial yang bisa dinilai oleh orang banyak di sekeliling Muhammad. Julukan al-amiin adalah julukan yang berisi kepercayaan yang amat berharga dari masyarakat di sekeliling Muhammad pada saat itu. Artinya, apa yang menjadi milik Muhammad sebelum menjadi Nabiyullah, adalah modal dasar yang amat penting, mengapa Allah memilih Muhammad al-ummiy menjadi nabi sekaligus rasul. Kita bisa mengartikan bahwa kebaikan yang dimiliki Muhammad adalah “kebaikan yang amat baik”. Kebaikan yang bisa menembus benteng kebodohan yang sangat tebal.Pengertian akhlaq: Akhlaq adalah keseimbangan antara perilaku lahir dengan perilaku batin. Karena akhlaq ini, kemudian, bisa dikaitkan dengan dua nilai yang saling berbeda: baik dan buruk, maka bisa dikatakan, akhlaq itu ada yang baik dan ada juga yang buruk. Akhlaq yang baik adalah perilaku lahir sekligus perilaku batin yang dibimbing oleh kebenaran yang mutlak, kebenaran yang datang dari Khalik. Akhlak yang buruk adalah perilaku lahir sekaligus perilaku batin yang dibimbing oleh kebenaran yang datang dari makhluk. Allah telah menyediakan tata-nilai kebenaran tentang rasa, pikiran, sikap, tindak, perbuatan, dan segala yang melatari tingkah laku kita sebagai manusia dalam tata-nilai Islam. Tata-nilai Islam yang nyata adalah apa yang diperagakan oleh Nabiyullah Muhammad saw. Karena manusia masa kini tidak pernah bertemu langsung dengan sumber teladan akhlak, maka telah disediakan bagi kita Al-Quran dan al-hadits sebagai sumber tata nilai yang Islami.

9.2 Nabi Muhammad saw sebagai uswah hasanah.

Julukan Al-Amiin yang diterima Nabi Muhammad saw dari para kuffar Quraisy adalah julukan tertinggi, terhormat di antara mereka. Al-Amiina adalah prestasi dari kebaikan akhlak yang dimiliki oleh Muhammad sejak sebelum menjadi nabi. Allah swt telah menegaskan di dalam Al-Quran tentang keteladanan Nabi Muhammad saw. Para ahli tafsir mengaitkan ayat tersebut dengan peristiwa Pearang Khandaq. Diceritakan bahwa Nabi Muhammad saw menunjukkan teladan kesabaran dan semangat yang tinggi tanpa keluhan, sekalipun dalam kondisi sulit akibat perang. Memang ada sejumlah perbuatan Nabi saw yang dikhususkan untuk Nabi semata. Tetapi,begitu banyak perbuatan Nabi yang harus menjadi teladan untuk ummat sebagaimana yang dijelaskan dalam isi ayat surat Al-Ahzaab, 33: 21. Bahkan, seperti pernah dibahas, perbuatan Nabi adalah salah satu yang menjadi bagian dari sunnatnya, sunnaturrasul. Sunnaturrasuul, sunnat rasul, sunnat nabi, adalah salah satu yang disebut sebagai warisan dari Nabi, selain Al-Quran (sebagai sunnatullah). Sunnat Nabi (dikategorikan sebagai hadits, berita, dari Nabi, tentang Nabi, dan sikap Nabi) bisa ucapannya (qauliyah), perbuatannya (amaliyah) dan sikapnya (takriiriyah). Jika yang mengaku ummat Nabi tidak mau mengikuti sunnat Nabi, Nabi mengingatkan dalam salah satu haditsnya.

“Setiap ummatku akan masuk surga kecuali yang enggan. (Lalu) dikatakan kepada beliau: ‘Siapa yang enggan itu wahai Rasulullah?’ Maka beliau menjawab: ‘Barangsiapa menaati aku ia pasti masuk surga)’.” (Shahih Bukhari: 7280)

Sebagai bekal keteladanan, Rasulullah telah dianugerahi kelengkapan sifat, yaitu 4 sifat yang dimiliki oleh Rasulullah yang selanjutnya menjadi tanda kelebihan yang dimiliki oleh Rasulullah. Keempat sifat Nabi itu betul-betul melekat dalam ucapan, sikap, Maupun perilaku Nabi sehari-hari. Empat sifat itu adalah: Shiddiq (benar), amanat (bisa dipercaya), tabligh (menyampaikan, tidak menyembunyikan), dan fathonah (cerdas). Oleh karena itu, apa yang diucapkan (qauliyah) dengan apa yang dilakukan (fi’liyah) Oleh Nabi selalu sejalan, yang kemudian secara syari’at menjadi pedoman uswah hasanah yang harus diikuti oleh ummatnya

9.3 Konsep manusia terbaik di sisi Allah swt

Allah swt telah menetapkan aturan-aturan yang membentengi kebebasan manusia. Aturan tersebut adalah sebagai jalan kebaikan yang disediakan oleh Allah swt agar manusia menyadari keterbatasannya. Banyak aktivitas manusia terkait dengan aturan- aturan tersebut. Oleh karen itu, seperti telah dibahas di muka, manusia muslim itu bisa mengumpulkan aneka catatan pahala dalam setiap tindak-tanduknya. tak ada yang luput dari perhitungan amal kebaikan jika semua aktivitas manusia dilengkapi dengan pemenuhan atas tata aturan yang telah ditetapkan secara rinci oleh Allah swt. Ada satu hadits yang populer, yang terkait dengan gambaran seorang yang terbaik tempatnya di sisi Allah swt. Isi hadits ini berhubungan dengan masalah perilaku amaliyah seseorang. “Sebaik-baiknya manusia adalah yang banyak manfaatnya bagi manusia lain”. Sebagai mahluk individu manusia bertanggung jawab penuh atas segala hasil perbuatan dirinya. Tetapi, sebagai makhluk sosial, manusia dituntut menjadi individu yang bisa banyak memberi manfaat bagi individu lainnya. Satu hal yang paling rasional sebagai bentuk kebermanfaatan seseorang di dalam persitindakan dengan orang lain adalah berupa amal jariyah, amal yang terus berkelanjutan maknanya, hasilnya, manfaatnya. Amal jariyah bentuknya sangat bergam. Siapapun yang memiliki harta, seberapa banyak harta yang dijariahkan, semua berawal dari keikhlasan mengeluarkannya sebagai amal jariyah, maka akan menjadi amal yang tidak terputus hasilnya sekalipun orang yang beramal tersebt telah meninggal. Amal jariyah yang akan tetap mengalir hasilnya kepada orang yang telah meninggal, sebagai bentuk kebermanfaatan dirinya bagi orang lain, adalah harta yang dijalankan sebagai amal shadaqah (terutama), infaq, waqaf, dan hibah, selagi orang tersebut masih hidup. Pemanfaatan harta seseorang yang telah meninggal, atas kesadaran dirinya ketika masih hidup, misalnya dalam bentuk wasiat, masih lebih nyata dibanding harta yang dibagikan (untuk kebermanfaatan bagi orang lain) oleh keluarganya setelah pemilik harta meninggal. Kesadaran individu itulah yang menjadi tolok ukur amal shalih seseorang.

9.4 Indikator Kenabian sebagai Uswah Hasanah

Sebagai utusan yang ditugasi untuk menyempurnakan akhlak manusia, Nabi Muhammad saw memiliki ciri kenabian sebagai manusia yang patut menjadi contoh. Sejak sebelum masa kenabian, Muhammad telah menunjukkan ciri-ciri kebaikan akhlak tersebut. Beliau telah mendapat kepercayaan penuh dari masyarakat Quraisy sebagai orang yang dapat dipercaya perilakunya. Beliau dijuluki Al-Amiin, orang yang sangat bisa dipercaya. Di samping memilik perilaku terercaya, Muhammad pun memiliki latar keturunan dari keluarga yang terhormat, yang terpelihara kehormatan nama keluarga dan keturunannya. Latar keluarga bangsawan Quraisy yang kaya telah menjadi bekal awal kondisi Muhammad sebagai orang yang dihargai oleh lingkungannya. Ditambah dengan perilaku terpuji yang menjadi ciri kehidupan sehari￾harinya, Muhammad telah menjadi tokoh anggota masyarakat yang dihargai. Untuk melengkapi kesiapan mental dan terutama moral Muhammad, Allah swt memerintahkan Jibril untuk melakukan pembedahan, pembersihan hati Muhammad, seperti yang diceritakan dalam sejumlah kisah nubuwwah. Jadi, lengkaplah Muhammad sebagai calon Nabi akhir zaman, yang keberadaannya dicatat dalam Al-Quran sebagai uswah hasanah bagi manusia pada masanya dan manusia-manusia pada zaman jauh setelahnya.

فَبِمَا رَحۡمَةٍ مِّنَ اللّٰهِ لِنۡتَ لَهُمۡ‌ۚ وَلَوۡ كُنۡتَ فَظًّا غَلِيۡظَ الۡقَلۡبِ لَانْفَضُّوۡا مِنۡ حَوۡلِكَ‌ ۖ فَاعۡفُ عَنۡهُمۡ وَاسۡتَغۡفِرۡ لَهُمۡ وَشَاوِرۡهُمۡ فِى الۡاَمۡرِ‌ۚ فَاِذَا عَزَمۡتَ فَتَوَكَّلۡ عَلَى اللّٰهِ‌ؕ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الۡمُتَوَكِّلِيۡنَ

Artinya: “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya”(Q.S. Ali Imran, 03: 159)

9.5 Pendidikan Karakter dalm Konsep Islam

Pendidikan karakter dimulai dari rumah. Orang tua yang pertama menorehkan penanda awal ke dalam hati seorang anak. Melalui pembiasaan yang dibangun orang tualah karakter tertentu akan terbentuk dalam diri seseorang. Anak-anak yang dilahirkan dalam kondisi fitrah akan menyerap opengaruh lingkungannya sebagai bentuk simpanan data dalam memorinya. Data itu akan menjadi sumber rujukan perilakunya kelak. Dalam konsep Islam, pendidikan dini adalah kunci pembuka hidayah bagi seseorang. Ketika pembiasaan telah terbentuk melalui pengaruh orang-orang yang paling dekat dengan seorang anak, maka pengaruh tersebut bisa menjadi jembatan hidayah, jika pengaruh yang diberikan adalah pengaruh yang baik. Sebaliknya, jika pengaruh yang diterima oleh anak adalah pengaruh buruk, sehingga membentuk karakter buruk, maka pendidikan masa kecil telah menjadi pagar atau sekat yang memisahkan anak dengan hidayah.

Karakter ikhlas dan pasrah adalah kondisi yang dituntut dalam menghadapi ketentuan Allah swt. Tak ada yang lebih nikmat selain ketika seseorang bisa memasrahkan diri secara sadar kepada ketentuan Allah swt, setelah melalui berbagai upaya beramal maupun do’a. Hanya dengan berbekal keyakinan bahwa ketentuan Allahlah yang terbaik sebagai pilihan akhir. Seseorang akan merasa lengkap menempatkan diri sebagai makhluk, yang tidak memiliki kuasa apapun selain yang telah dianugerahkan oleh Allah swt. Inilah keimanan dakan qadha dan qadar Allah swt, yang baik maupun yang buruk.

Sebagai mahluk moral, manusia telah dibekali kemampuan untuk menempatkan diri sebagai hamba. Ia juga bisa menempatkan diri sebagai makhluk yang memiliki kesadaran bahwa Allah swt adalah Tuhan Yang Mahaberkehendak, Yang Mahamemaksa. Di balik semua kepastian Allah swt, selalu ada hikmah yang mendatangkan kebaikan: segera ataupun tangguh waktu

Daftar Pustaka

iQuran V 2.5.4 for Android

Mansoer, Hamdan. et.al. 2004. Materi Instruksional Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi Umum. Jakarta: Direktorat Perguruan Tinggi Agama Islam, Departemen Agama RI

Suryana, Jajang. 2004. Kajian Pemikiran Sederhana tentang Islam. Kumpulan tulisan.

Singaraja

Suryana, Jajang. 2010. Buku Ajar Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi

Umum. Singaraja: Tespong

Suryana, Jajang. 2010. Buku Ajar Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi

Umum V.2.0. Singaraja: Tespong

Taufiq, Mohamad. 2013. Addins Quran in Ms Word V 2.2.0.0. https://www.facebook. com/QuranInMsWord


MANUSIA MAKHLUK BUDAYA

 BAB 8

MANUSIA MAKHLUK BUDAYA

Materi bab 8 ini terdiri atas :

8.1 Telah terjadi kerusakan di Darat dan laut karena ulah manusia

8.2 Bukti-bukti ilmiah Tentang kemahakuasaan Allah swt

8.3 Manusia dan Teknologi

8.4 Manusia dan media.

PENDAHULUAN

8.1 Telah Terjadi Kerusakan di Darat dan di Laut Karena Ulah Manusia

Allah telah mengungkap masalah hasil perilaku manusia yang membawa dampak baik maupun buruk di muka bumi. Begitu banyak tanda keberhasilan manusia masa lalu yang telah “dipajang” dalan etalase Dunia yang memungkinkan menjadi bahan pembelajaran bagi manusia-manusia setelahnya. Allah swt selalu menantang manusia untuk melakukan perjalanan (bisa juga berwisata, lebih jauh wisata tadabbur alam) terutama mempelajari kejadian-kejadian yang terkait dengan peristiwa masa lalu yang telah digambarkan di dalam isi ayat-ayat Al-Quran. Ada 5 ayat Al-Quran yang berisi perintah siiruu (berjalanlah), dengan penekanan pada sisi pemeriksaan. Pemeriksaan dimaksud ada yang bertalian dengan pemeriksaan bagaiman akibat yang pernah diterima masyarakat masa lalu setelah mereka tidak mengikuti perintah Allah swt; ada juga yang berisi perintah memperhatikan bagaimana suatu proses penciptaan yang dilakukan oleh Allah swt dan kejadiannya hingga kini masih terus berlanjut.Khusus tentang 5 ayat yang berisi perintah berjalan-jalan sambil melakukan penelitian, semuanya dikaitkan dengan wisata sejarah. Allah swt memerintahkan manusia untuk memeriksa apa yang pernah dicapai dan dialami oleh masyarakat masa lalu, lebih khusus berkaitan dengan bukti-bukti akibat pembangkangan. Kesombongan berkaitan dengan kemampuan pencapaian dalam membangun budaya fisik berteknologi tinggi, seperti tampak dalam bangunan piramida, rumah-rumah batu, istana, bekas kapal, ataupun tinggalan-tinggalan fisik lain yang menjadi bahan pembelajaran pada masa yang jauh setelahnya. Sejumlah kejadian hebat sengaja disisakan bukti-bukti kejadiannya oleh Allah swt langsung utuh secara fisik ataupun hasil penggalian, seperti keberadaan mumi Firaun. Semua bukti berita kejadian-kejadian penting, bahkan tentang kemahakuasaan Allah swt lengkap menjadi bahan pembelajaran penting bagi masyarakat manusia.

قُلْ سِيرُوا۟ فِى ٱلْأَرْضِ ثُمَّ ٱنظُرُوا۟ كَيْفَ كَانَ عَٰقِبَةُ ٱلْمُكَذِّبِينَ

Katakanlah: “Berjalanlah di muka bumi, kemudian perhatikanlah bagaimana kesudahan orangorang yang mendustakan itu”. (Q.S.Al-An’aam, 06:11)

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِيْ كُلِّ اُمَّةٍ رَّسُوْلًا اَنِ اعْبُدُوا اللّٰهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوْتَۚ فَمِنْهُمْ مَّنْ هَدَى اللّٰهُ وَمِنْهُمْ مَّنْ حَقَّتْ عَلَيْهِ الضَّلٰلَةُ ۗ فَسِيْرُوْا فِى الْاَرْضِ فَانْظُرُوْا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِيْنَ

Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu", maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul) (Q.S. An-Nahl, 16: 36)

Manusia masih lebih banyak mengunggulkan hawa nafsunya, sehingga manusia terus-menerus melihat dan sekaligus mengalami bukti nyata apa yang menjadi isi peringatan Allah swt. Hanya manusia saja, yang bisa meninggalkan catatan-catatan penting berupa tinggalan hasil perilakunya (terutama hasil budaya fisik) di permukaan Bumi. Sementara itu, mahluk lain, tidak pernah diceritakan meningalkan artefak. Manusia adalah mahluk budaya. Manusia diberi kemampuan untuk membangun suatu system sosial dalam berbagai tingkatan, keluarga, teman, kelompok pehobi, kelompok politik,bangsa, negara, bahkan kelompok yang lebih luas yaitu antarbangsa, antarnegara dan benua.

Terungkapnya berita kekerasan dalam rumah tangga, pembullyan, kejahatan seksual terhadap anak-anak, di tempat lain pun saling susul muncul kejadian yang serupa dengannya. Memang, semua itu bisa disaksikan bersama karena para pengelola media massa di tempat yang berbeda mengumpulkan hal yang tren sebagai bahan beirta. Masalah banjir, tanah longsong, dan jerebu kerap berulang dialami oleh masyarakat Indonesia. Apakah tak ada yang berusaha mengatasi tiga kejadian rutin dan besar itu sebelum berulang terjadi? Penanggulangan cenderung baru dilakukan setelah peristiwamenjadi lebih besar dan berskala nasional. Padahal, ada jalan lain yang bisa dilakukan dengan memanfaatkan kesadaran dan kearifan lokal yang dahulu sering digunakan oleh para leluhur. Belum ada fakultas khusus yang disiapkan untuk menangani bencana banjir, tanah longsor, atau jerebu! Masih banyak kerusakan lainnya yang telah menurunkan kualitas Bumi. Manusia belum juga jera dengan perilaku merusak daratan, lautan, dan kini udara.

8.2 Bukti-bukti Ilmiah tentang Kemahakuasaan Allah swt

Satu demi satu bukti ilmiah tentang ketetapan Allah swt terungkap. Banyak peneliti yang merasa pensaran dengan apa yang telah diungkap oleh Allah swt di dalam Al-Quran. Penelitian tentang gerakan-gerakan shalat pernah dilakukan. Hasil dari penelitian itu menjadi simpulan data bahwa semua gerakan shalat memiliki fungsi penyehatan bahkan penyembuhan kondisi-kondisi sakit tertentu. Di satu sisi ada orang yang menyokong temuan-temuan tentang hasil penelitian tentang makna shalat, makna gerakan shalat, tapi banyak juga yang menentang. Kerap kita dengar komentar: “Seperti mengada-ada!” yang keluar dari mulut orang-orang yang fanatik tentang perintah sebuah kewajiban. Padahal, manusia lain yang menentang ajaran Islam malah memerlukan bukti empirik dari banyak hal tentang sisi ilmiah semua kondisi yang mereka tentang. Satu contoh , cerita tentang teori Big Bang, yang telah diceritakan oleh Allah swt sejak empat belas abad yang lalu. Menurut para ahli astrofisika, asal mula adanya alam semesta yang dikenal dalam teori big bang dinyatakan: pada mulanya alam semesta berbentuk satu massa yang besar (nebula primer) kemudian terjadi big bang (ledakan pemisah sekunder) yang mengakibatkan pembentukan galaksi yang terbagi dalam planet, matahari, bulan dan lain sebagainya. Teori yang dianggap memberikan penjelasan paling komprehensif dan akurat tentang penciptaan alam semesta karena didukung oleh metode ilmiah beserta observasi yang dilakukan oleh para astronom dan astrofisika selama beberapa dekade, sesungguhnya telah lebih dahulu dijelaskan oleh Pencipta alam yaitu Allah swt dalam surat Al-Anbiyaa, 21: 30.

أَوَلَمْ يَرَ ٱلَّذِينَ كَفَرُوٓا۟ أَنَّ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضَ كَانَتَا رَتْقًا فَفَتَقْنَٰهُمَا ۖ وَجَعَلْنَا مِنَ ٱلْمَآءِ كُلَّ شَىْءٍ حَىٍّ ۖ أَفَلَا يُؤْمِنُونَ

Artinya : “Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari Air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman”. (Q.S. Al-Anbiya, 21: 30)

Serta adapun ciri-ciri yang takut kepada Allah swt (sudah bisa dipastikan orang yang beriman) digambarkan oleh Allah swt dalam surat Al-Anfaal, 08: 02.

إِنَّمَا ٱلْمُؤْمِنُونَ ٱلَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ ٱللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ ءَايَٰتُهُۥ زَادَتْهُمْ إِيمَٰنًا وَعَلَىٰ رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal (Q.S. Al-Anfaal, 08: 02)

8.3 Manusia dan Teknologi

Istilah teknologi, ditegaskan oleh vam Peurseun adalah “perpanjangan tangan manusia” (1988). Ketika suatu benda atau kondisi tertentu dikategorikan sebagai alat yang bisa digunakan untuk memperpanjang jangkauan tangan manusia, maka Peurseun menyebutnya sebagai (hasil, perangkat) teknologi. Ketika seseorang ingin mengambil buah yang ranum yang bergantungan di ranting-ranting pohon menggunakan galah, galah itu adalah produk teknologi. Dan, ketika seseorang ingin berkomunikasi dengan keluarganya di tempat yang jauh, ada yang mengirimkan berita melalui kurir, melalui surat lewat jasa kantor pos atau jasa pengantar dokumen lainnya, ada juga yang memanfaatkan penyedia jasa telegram, email, SMS, atau chatting menggunakan kamera ponsel. Batasan pengertian teknologi bisa berubah sejalan dengan kondisi zaman. Nabi Muhammad saw hanya hal-hal yang esensial dalam pelaksanaan ibadat mahdhah, apalagi dalam pelaksnaan ibdat ghair mahdhah. Satu contoh yang kerap disepelekan tafsirnya adalah terkait dengan datangnya para jamaah hajji menggunakan unta kurus. Jika hal itu menjadi syarat syah ibadat hajji, berapa lama para jemaah hajji untuk melaksanakan perjalanan menuju tanah suci Makkah. Kini, yang terbaru, ada sekelompok orang beribadat hajji menggunakan speda gayung, dari Inggris ke Makkah Almukarramah. Bukan masalah! Sebutan unta kurus hanya menggambarkan betapa para hujjaj (calon hajji) datang dari berbagai penjuru yang sangat jauh. Teknologi masa kini telah banyak menyingkat waktu dan jarak untuk pelaksanaan ibadat-ibadat mahdhah, terutama ibadat hajji. Semua perangkat teknologi yang baik, yang tidak bertentangan dengan inti syariat, yang mempermudah dan memperlancar ibadat, bisa digunakan sesuai keperluan! Sekalipun ada orang yang mengagungkan kebebasan di dalam berkarya seni, kebebasan itu adalah kebebasan yang tetap dibatasi norma. Seni etis di lingkungan masyarakat Indonesia telah lama menjadi pegangan dalam mengolah seni rupa, seni musik, seni tari, seni teater, maupun seni sastra. Sebaaimana Allah swt telah menganugerahkan kebebasan memilih kepada manusia, melalui pengilhaman sisi fujur dan taqwa, kebebasan itu dibatasi norma: pahala dan dosa. Kebebasan yang diusung berdasarkan keinginan hawa nafsu, mengatasnamakan kebebasan berkarya seni, adalah kesembronoan dan sekaligus kesombongan. Dalam segala perilaku kehidupan ada atap dan dinding yang membatasi ruang gerak ekspresi manusia, agar karya lahir dalam kebermanfaatan dan kemaslahatan hidup masyarakat banyak, bukan untuk sekadar mengusung kebebasan individu.

8.4 Manusia dan Media

Gerak perkembangan teknologi media kini sudah sangat sulit dibendung. Sejalan dengan hal itu, keberadaan gadget (gawai) untuk keperluan memanfaatkan aneka media informasi juga semakin mudah dan terjangkau. Gawai yang mumpuni dengan harga yang murah kini semakin banyak ditawarkan oleh vendor-vendor layanan jual produk perangkat teknologi media tersebut. Layanan jaringan murah pun semakin beragam dan banyak disediakan oleh para pemilik produk layanan jaringan.Zaman tahun 1970-an, media informasi yang bisa diakses secaa terbatas terdiri atas koran, radio, dan televisi (masih sangat langka). Kini, untuk mendapatkan informasi ataupun layanan informasi khusus yang memanjakan pengguna ditawarkan di mana-mana.Seorang ahli media berbangsa Yahudi pernah menegaskan bahwa ”jika ingin Menguasai dunia, maka kuasailah media”. Maksudnya, media informasi yang kini telah Banyak digunakan dan menyebar hingga ke pelosok kawasan setiap negara, dengan Beragam bentuk dan tampilannya, adalah media yang dimaksud. Masih banyak tokoh masyarakat yang secara kurang sadar telah mudah terbawa arus keburukan berita-berita media. Mereka membuat komentar yang menyesatkan bahkan menjadikan suasana kehidupan sosial menjadi panas. Padahal, seharusnya para pemimpin cukup memberi teladan yang baik kepada bawahan yang mereka pimpin, tanpa perlu ‘gatal’ dengan pemberitaan murahan yang “nyampah”. Kedewasaan sikap dan cara pikir belum merata dimiliki oleh masyarakat. Masih banyak masyarakat yang mudah larut di dalam libatan suasana yang sengaja dirancang untuk mengeruhkan suasana lingkungan. Media sosial sangat rentan dengan banyak issue keburukan, karena sangat efektif jika digunakan untuk menyebarkan informasi apapun dalam. Sisi baik media sosial, bisa juga digunakan sebagai saran penyampaian materi pembelajaran bagi guru dan dosen. Banyak dosen/guru yang telah terhubung dengan mahasiswa melalui salah satu layanan media sosial. Notebook/laptop, tablet, maupun smartphome masa kini, kini bukan sesuatu yang sulit didapatkan, bahkan hampir semua orang telah memiliki salah satu dari tig jenis gawai tadi. Banyak peserta didik yang telah terampil menggunakan gawai-gawai dimaksud untuk berbagai keperluan, terutama untuk keperluan menikmati hiburan dan berkomunikasi menggunakan aplikasi Facebook, Instagram, Twitter, WhatsApp, dan sejenisnya. Media komunikasi tadi bisa juga dimanfaatkan sebagai wahana menyampaikan materi pembelajaran dan menghimpun proses pembelajaran di luar kelas. Tak ada jarak yang terlalu jauh untuk melakukan aneka kegiatan komunikasi!

DAFTAR PUSTAKA

https://jalantikus.com/user/jofinno/

https://www.youtube. Com/watch?v=Cfu8mz52WsU

http://laguterbarump3.site/download/Cfu8mz52WsU/save-imam-shamsi-ali-

 keberhasilan-dakwah-di-amerika.html

iQuran V 2.5.4 for Android

Mansoer, Hamdan. Et.al. 2004. Materi Instruksional Pendidikan Agama Islam di

 Perguruan Tinggi Umum. Jakarta: Direktorat Perguruan Tinggi Agama Islam,

 Departemen Agama RI

Suryana, Jajang. 2004. Kajian Pemikiran Sederhana tentang Islam. Kumpulan tulisan.

 Singaraja

Suryana, Jajang. 2010. Buku Ajar Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi

 Umum. Singaraja: Tespong

Suryana, Jajang. 2010. Buku Ajar Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi

 Umum V.2.0. Singaraja: Tespong

Taufiq, Mohamad. 2013. Addins Quran in Ms Word V 2.2.0.0. https://www.facebook.

 Com/QuranInMsWord


Selasa, 15 Desember 2020

MANUSIA MAKHLUK PENELITI

 BAB 7

MANUSIA MAKHLUK PENELITI

Pada bab 7 ini, akan dibahas bab – bab materi yang meliputi :

7.1 Dasar kewajiban melakukan penelitian

7.2 Kewajiban melakukan penelitian dan derajat manusia di sisi Allah

7.3 Kewajiban menerapkan pendekatan Islami dalam kegiatan ilmiah

7.4 Tuntutan Allah dalam wahyu pertama

7.5 Perlukah Islamisasi sains?

PENDAHULUAN

7.1 Dasar Kewajiban Melakukan Penelitian

Allah menuntut calon Nabi, Muhammad saw, untuk melakukan kegiatan pembacaan (iqra) sejak awal tugas kenabiannya. Bahan iqra yang menjadi tuntutan pada saat itu adalah mengenai masalah penciptaan manusia. Pembacaan yang dituntut adalah pembacaan yang seharusnya memerlukan penelitian yang mendalam. Penelitian itu dimulai dengan mempelajari sesuatu yang paling dekat dengan diri manusia, yaitu tentang dirinya, tentang bagaimana Allah menciptakan diri manusia. Memulai pengamatan tentang sesuatu yang dekat, yaitu diri sendiri, menjadi tuntutan yang paling awal. Dalam salah satu hadits, Nabi menegaskan: “Man ‘arafa nafsahu ‘arafa Rabbahu”: Barangsiapa mengenal (‘arafa) tentang kondisi dirinya maka akan lebih mudah mengenal Tuhannya. Allah juga menetapkan perintah pemeliharaan diri dari keburukan api neraka dimulai dari diri sendiri, dari sesuatu yang dekat dengan diri manusia. Tampaknya, apa yang menjadi tuntutan Allah selalu berawal dari sesuatu yang sangat dekat dengan manusia. Oleh karena itu, sebelum mencari tahu tentang sesuatu yang jauh di luar jangkauan, akan lebih baik mengolah pengetahuan yang terkait dengan hal-hal yang dekat dengan lingkungan. Ini menjadi tuntunan bagi manusia bahwa mengurus lingkungan diri sendiri harus lebih dahulu diselesaikan daripada mengurus sesuatu yang masih kurang jelas, sesuatu yang berada di luar jangkauannya.“Ibda binafsika”, adalah satu potongan kalimat hikmah yang telah populer. Perintah memulai sesuatu dari diri sendiri, sejalan dengan perintah Allah swt tentang pemeliharaan diri (autocare) yang dimulai dari kondisi diri, kemudian keluarga terdekat, berlanjut menuju lingkungan yang lebih luas. Seperti yang telah dikutip pada potongan ayat berikut ini,

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ قُوٓا۟ أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا ٱلنَّاسُ وَٱلْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَٰٓئِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعْصُونَ ٱللَّهَ مَآ أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ

Artinya : " Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”.(Q.S. At-Tahriim, 66: 06)

7.2 Kewajiban Meneliti dan Derajat Manusia di Sisi Allah

Wahyu Allah yang diturunkan pertama kepada Nabi Muhammad adalah surat Al-’Alaq ayat 01-05. Pada ayat yang kelima Allah memberi jaminan tentang pengetahuan yang akan didapatkan oleh orang-orang yang mau melakukan pengiqraan, penelitian. “’Allama al-insaana ma lam ya’lam” (Allah akan memberi pengetahuan kepada manusia tentang segala yang tidak diketahuinya). Pada ayat lain Allah memaksa manusia untuk selalu berusaha memperhatikan kejadian-kejadian yang ada di alam, bahkan tentang kejadian yang pernah terjadi pada masa lalu, masa manusia pertama hingga manusia-manusia kemudian. Sejalan dengan janji Allah tentang derajat orang yang memiliki ilmu akan lebih tinggi dibanding orang yang tidak memiliki ilmu, telah terbukti juga. Allah telah meninggikan derajat orang-orang kafir yang sadar-ilmu, sekalipun mereka tidak beriman, dibanding orang-orang muslim yang mengaku beriman tetapi tidak sadar-penelitian. Di dalam Al-Quran Allah swt juga menegaskan tentang keberadaan posisi dan kondisi masyarakat masa lalu yaitu assaabiquunal-awwaluun, mereka yang pertama menyatakan keislaman di hadapan Nabi saw. Tak perlu dipertanyakan, kondisi dan kualitas mereka, karena pengetahuan, pemahaman, dan sekaligus prilaku mereka terbimbing langsung oleh Nabi Muhammad saw. Seperti potongan ayat berikut ini,

وَلِكُلٍّ دَرَجَاتٌ مِمَّا عَمِلُوا ۚ وَمَا رَبُّكَ بِغَافِلٍ عَمَّا يَعْمَلُونَ

Artinya : “ Dan masing-masing orang memperoleh derajat-derajat (seimbang) dengan apa yang dikerjakannya. Dan Tuhanmu tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan” (Q.S. Al-An’aam, 06: 132)

Seperti telah disebutkan di atas, sains dan teknologi sebagai bentuk hasil olah ilmu, adalah sesuatu yang telah Islami karena semua bersumber dari ilmu Allah swt. Sains dan teknologi adalah bagian dari ilmu Allah swt yang dibagi-bagikan secara acak kepada siapapun yang memiliki keteguhan hati untuk mengolahnya. Allah swt tidak pernah membeda-bedakan penerima dan pengamal ilmuNya. Semua pengelola ilmu diberi kesempatan untuk mendapatkan hasil duniawi yang telah dijanjikan oleh Allah swt, yaitu kemuliaan di antara manusia-manusia lainnya. Sementara itu, janji Allah swt lainnya yaitu kemuliaan ukhrawi, baru bisa didapatkan oleh para pengelola ilmu yang mendasari kegiatannya dengan keimanan. Semua benda yang dirancang oleh manusia, berdasarkan bimbingan ilmu Allah swt, pada awalnya untuk mendaangkan kemaslahatan manusia sendiri. Tetapi, karena masing-masing manusia memiliki sifat tidak rasional --Edward de Bono membandingkan manusia dengan binatang yang lebih rasional dalam bertindak: bisa menentukan ya dan tidak-- sifat ini mengarahkan manusia kepada kondisi perubahan - perubahan. Oleh karena itu, bimbingan dan pedoman selalu diperlukan oleh manusia agar manusia bisa memaslahatkan hidupnya dan lingkungannya. Allah swt menganugerahkan aneka pilihan hanya kepada manusia, kepada mahluk lain Allah swt tidak memberikan hal itu.

7.3 Kewajiban menerapkan pendekatan Islami dalam kegiatan ilmiah

Al-Quran adalah sumber ilmu pengetahuan global. Al-Quran harus diolah-tafsir isinya. Oleh karena itu, Al-Quran harus menjadi sumber acuan keilmuan bagi manusia muslim. Isi Al-Quran mencakup segala segi ilmu pengetahuan yang akan dan telah ditemukan oleh manusia. Penemuan-penemuan masa kini telah tercatat lebih awal dalam kandungan Al-Quran. Lahirnya ilmu-ilmu duniawi yang hebat ada pada tuntunan dan sekaligus tuntutan yang telah diceritakan di dalam isi Al-Quran. Allah swt sengaja meninggalkan sejumlah bukti yang berkaitan dengan manusia masa lalu, yang pernah disebutkan lebih kuat dan lebih pintar. Seperti pernah disinggung, sejumlah tinggalan budaya fisik yang membuka mata manusia masa setelahnya, sengaja Allah swt jaga agar masih bisa diteliti dan ditemukan data-data tentangnya. Begitupun kondisi alam yang empat belas abad yang lalu diceritakan dalam isi Al-Quran. Oleh karena itu, isi Al-Quran harusnya menjadi sumber awal kegiatn penelitian, bukan buku karangan manusia atau sekadara laporan hasil penelitian manusia. Sumber otentik, kebenaran mutlak, ada dalam isi Al-Quran. Itulah gerakan publik yang harus dilakukan oleh para ilmuwan muslim, yaitu menempatkan Al-Quran sebagai sumber rujukan utama semua kegiatan keilmuan masa kini. Ada issue tentang pernyataan menteri pendidikan bahwa mata kuliah Pendidikan Agama akan ditempatkan pada semester akhir perkuliahan para mahasiswa S1. Entah “goyangan” apa lagi yang dikemukakan oleh menteri ini. Sebelumnya ada program Full Day School, yang belakangan dikritisi banyak pihak dan akhirnya diberitakan permennya dibatalkan oleh presiden; program lainnya akan melepas Pendidikan Agama dari kurikulum sekolah dan diserahkan pelaksanaannya kepada sekolah diniyah (Agama Islam) dan lembaga-lembaga keagamaan di lingkungan masyarakat. Issue terakhir, seperti disebut di awal paragraf ini, adalah menempatkan mata kuliah Pendidikan Agama pada semester akhir. Hal ini banyak dikritisi oleh para pengajar MPK. Padahal, pada awal pembahasan mata-mata kuliah wajib di PT umum adalah sebagai landasan keilmuan yang diharapkan bisa mewarnai keilmuan bidang studi. Oleh karena itu, mata kuliah jenis ini, termasuk Pendidikan Agama, ditempatkan pada semester-semester awal perkuliahan. Artinya, jika mahasiswa hanya bergantung kepada penyampaian materi pendidikan agama yang disampaikan oleh dosen di kelas, sungguh tidak akan mendapatkan bekal yang mencukupi. Hal itu, bisa diupayakan dengan cara blended learning yang diupayakan oleh dosen agar mahasiswa bisa mengakses lebih banyak informasi tersaring melalui pilihan-pilihan materi hasil pencarian dosen. Yang bisa mengikat ketekunan mahasiswa melakukan program tersebut adalah pemaksaan: tugas kuliah. Tanpa paksaan, upaya keras perbaikan tidak mungkin bisa dilakukan.

7.4 Tuntuan Allah dalam Wahyu Pertama

Segala ilmu yang beredar di alam ini adalah ilmu Allah swt. Sumber segala ilmu adalah yang Mahatahu, Allah swt pemilik segala ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, pada dasarnya, setiap ilmu lahir secara Islami. Tidak ada ilmu yang sekuler. Tidak ada sistem ilmu yang mengarah kepada kekufuran. Allah swt tidak membatasi keberhasilan para pengolah ilmu berdasarkan sisi keimanannya. Allah swt telah berfirman secara jelas dalam Al-Quran surat Al-‘Alaq, 96: 01-05, tentang proses keberilmuan seseorang dicontohkan lewat uswah hasanah Nabi Muhammad saw. Nabi Muhammad diminta untuk “membaca” (lebih daripada sekadar membaca secara harfiah, tetapi mengkaji, meneliti, menganalisis, merumuskan, dsb.) tentang awal kejadian manusia secara Ilahiyah. Tentu, ketika tuntutan itu disampaikan melalui malaikat Jibril dalam proses turunnya wahyu pertama, Nabi Muhammad saw hanya bisa berkata: “Maa Ana bi-qaari!”. Memang, keummian Nabi, kemudian menjadi penanda hikmah yang setelahnya baru disadari oleh para ahli, adalah terkait dengan pertanyaan gencar dan sengit dari orang-orang kuffar yang mempermasalahkan inti kandungan Al-Quran sebagai buatan Nabi sendiri

7.5 .Perlukah Islamisasi Sains?

Segala ilmu yang beredar di alam ini adalah ilmu Allah. Allah menurunkan ilmu kepada manusia hanya sedikit saja. Masih Maha Luas ilmu Allah yang tidak diberikan pengetahuannya kepada manusia. Allah tidak membatasi keberhasilan para pengolah ilmu berdasarkan ketaatan para pengelola ilmu kepada Allah. Artinya, Allah memberi kebebasan kepada siapapun untuk mendapatkan ilmu Allah, untuk memanfaatkan dan merasakan nikmat hasil mengolah ilmu Allah. Beriman tanpa berilmu, lebih banyak dipenuhi perilaku taqlid, ikut-ikutan, membebek. Di dalam Al-Quran disebutkan gambar perilaku para pembebek sebagai orang-orang yang patuh dan taat kepada sistem “aabaauhum”.Pola perilaku ini lebih bersifat ikut-ikutan tanpa dasar pengetahuan, hanya erpedoman kepada “bagaimana para pendahulu melakukan sesuatu”.Proses penemuan nuklir, ilmu tentang nuklir, konsep asasi sifat nuklir, ada dalam tatanan ilmu Allah (sunnatullah) yang Islami. Ilmu tentang mesin-mesin penghancur, tentang kelicikan politik, tentang suap, tentang maling, tentang cloning, tentang korupsi, dan masih banyak lagi, diizinkan oleh Allah tetap hidup dan bisa terus dikembangkan. Allah mengizinkan keberadaanya, tetapi Allah tidak ridha dengan hasil olahan ilmu tersebut. Sains diterjemahkan dengan pengertian ilmu pasti dan ilmu pengetahuan tentang alam. Ia merupakan gabungan dari kata ilmu (“pengetahuan yang disistematikkan” [Poeradisastra, 1981: 01]), pasti (logis, objektif, empiris, terdalil), pengetahuan (“kumpulan fakta yang saling berhubungan satu sama lain mengenai sesuatu hal tertentu” [Poeradisastra, ibid]), alam (alam nyata yang dicerap indera dan empiris). Teknologi, alihan kata dari technology. Dalam Kamus Inggris-Indonesia, misalnya yang disusun oleh Wojowasito (1982: 422), biasa diartikan ilmu pengetahuan tentang segala kepandaian membuat sesuatu. Sains dan teknologi tidak lahir tanpa pengolahnya, yaitu praktisi sains dan teknologi. Sains dan teknologi selama ini telah dipisahkan dari nilai-nilai agama. Melalui sains manusia tidak akan mendapatkan kebenaran mutlak. Kebenaran --Hidayat menyebutnya dengan istilah kebetulan, hanya berupa kebenaran sesaat dan setempat-- dalam sains, sesungguhnya berada di luar sains!

DAFTAR PUSTAKA

Al-Faruqi, Ismail Raji. 1999. Seni Tauhid Esensi Dan Ekspresi Estetika Islam.

 Yogyakarta: Bentang

Al-Hassan, Ahmad Y. dan Donald R. Hill. 1993. Teknologi dalam Sejarah Islam.

 Bandung: Mizan

Bono, Edward De. 1991. Penerapan Pola Berpikir Lateral. Jakarta: Binarupa Aksara

https://hmasoed.wordpress.com/2011/01/10/iqra%E2%80%99-perintah-pertama-

 kepada-nabi-saw/

iQuran V 2.5.4 for Android

Mansoer, Hamdan. et.al. 2004. Materi Instruksional Pendidikan Agama Islam di

 Perguruan Tinggi Umum. Jakarta: Direktorat Perguruan Tinggi Agama Islam,

 Departemen Agama RI

Nataatmaja, Hidayat. 1982. Karsa menegakkan Jiwa Agama dalam Dunia Ilmiah Versi

 Baru Ihya Ulumiddin. Bandung: Iqra

Nataatmaja, Hidayat. 1984. Ilmu Humanika. Bandung: Risalah

Poeradisastra, S.I. 1981. Sumbangan Islam kepada Ilmu dan Kebudayaan Modern.

 Jakarta: Girimukti Pasaka

Suryana, Jajang. 1997. “Isalamisasi Praktisi Sains dan Teknologi”. Makalah dalam

 Kajian Studi Islam Pengajian Muslimah Mahasiswi STKIP Singaraja

Suryana, Jajang. 2004. Kajian Pemikiran Sederhana tentang Islam. Kumpulan tulisan.

 Singaraja

Suryana, Jajang. 2010. Buku Ajar Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi

 Umum. Singaraja: Tespong

Suryana, Jajang. 2010. Buku Ajar Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi

 Umum V.2.0. Singaraja: Tespong

Taufiq, Mohamad. 2013. Addins Quran in Ms Word V 2.2.0.0. https://www.facebook.

 com/QuranInMsWo


MANUSIA MAKHLUK BELAJAR

 BAB 6

MANUSIA MAKHLUK BELAJAR

Pada bab 6 ini, kita akan membahasa bab – bab materi, meliputi :

6.1 Manusia Mahluk Belajar

6.2 Konsep Pendidikan yang Islami

6.3 Kewajiban Belajar bagi Muslim dan Muslimah

6.4 Kewajiban Belajar Sepanjang Hayat

6.5 Konsep Pembelajaran yang Islami

6.6;Konsep Hidayah

PENDAHULUAN

6.1 MANUSIA MAKHLUK BELAJAR

Selama hidupnya manusia tak bisa lepas dari kegiatan belajar. Sejak masa awal kehidupannya, manusia harus merespons alam sebagai bentuk proses belajar. Semua yang kemudian dimiliki oleh manusia: pengetahuan, keterampilan, sikap, maupun bentuk-bentuk keinginan yang menyertai keberadaan manusia, adalah hasil belajar tentang diri dan dari lingkungannya. Manusia bisa berubah menyesuaikan diri dengan lingkungannya.Posisi manusia sebagai mahluk Allah swt yang diberi kesempatan khusus untuk menentukan perubahan dirinya, dilengkapi dengan banyak kemampuan, di antaranya fleksibilitas adaptasi terhadap lingkungan, yang sekaligus menjadi kelebihan serta kekurangannya. Bayi manusia sangat berbeda dengan bayi mahluk lain. Tak ada kemampuan yang diberikan oleh Allah swt kepada bayi manusia selain menerima perlakuan khusus dari manusia lain. Peran manusia lain, orang tua atau orang dewasa yang mau mengurus bayi, menjadi perantara kasih sayang, kekuasaan, dan pemeliharaan Allah swt atas mahluk yang baru lahir. Melalui rasa kasih sayang dan rasa senang Allah swt menunjukkan jalinan batin antara bayi dengan para pengasuhnya. Oleh sebab itu, Sebagai bekal yang disiapkan untuk menjalani peran sebagai mahluk belajar, Allah swt telah melengkapi kemampuan manusia untuk bisa memahami dan mengelola memori tentang nama-nama yang terkait dengan seluruh benda yang ada di lingkungannya. Kemampuan menyimpan memori kosa kata itu, yang pada awal penciptaan manusia, adalah sebagai bukti bahwa Allah swt telah menyiapkan kelebihan bagi manusia, yaitu kelebihan kemampuan yang tidak dimiliki oleh masyarakat malaikat maupun iblis.

6.2 KONSEP PENDIDIKAN YANG ISLAMI

Ada tiga hal yang dijanjikan oleh Allah bagi manusia, ketika manusia telah sampai kepada akhir masa persinggahannya di Dunia.Yang pertama menjadi bahan pertanyaan kepada diri manusia, yang kedua sadaqah, dan yang terakhir pengamalan ilmu. Sejak kecil, bahkan sejak di dalam kandungan, atau lebih jauh daripada kondisi tadi, penyiapan anak sebagai generasi penerus harus dibangun sejak masa pencarian calon pendamping hidup untuk membangun keluarga. Di dalam Islam, kegamaan menjadi sangat penting sebagai patokan pemilihan calon pendamping. Dikenal secara psikologis, apa yang dilakukan oleh orang tua ketika sedang mengandung anaknya, akan sangat berpengaruh kepada kondisi janin. Secara fisik, keadaan itu sangat tampak. Apapun yang secara fisik terjadi kepada ibu, akan berpengaruh langsung kepada janin. Jika ibu sehat, cukup vitamin, pasokan makanan untuk janin tidak akan kurang. Hal itu sangat di pahami secara umum oleh masyarakat masa kini yang berpendidikan. Begitupun untuk calon bapak, ternyata, bisa memberi pengaruh (tidak) langsung kepada janin. Melalui berbagai perbuatannya, calon bapak sangat bisa memberi sumbangan pengaruh tertentu, baik fisik maupun psikis kepada calon anaknya. Dalam masyarakat tertentu, ada larangan bagi orang tua yang sedang memiliki calon anak dalam kandungan agar tidak menyembelih binatang, memotong rambut, dan sejenisnya. Mereka percaya berdasarkan pengalaman yang mereka dapatkan (kebenaran publik?) bahwa perilaku calon ayah langsung memberi pengaruh tertentu kepada janin. Pendidikan tentang hukum dasar harus disampaikan secara benar dan lengkap, tanpa penyimpangan. Seringkali kesalahan sikap orang tua muncul pada proses pendidikan masa kecil. Orang tua bersikap terlalu mengasihani anak dengan cara yang keliru. Membiarkan anak berbuat kesalahan dengan alasan bahwa anak masih dalam kondisi belum mengerti. Tetapi, sesungguhnya, penanaman nilai-niai yang benar sejak dini harus sudah dilakukan secara intensif. Hal itu untuk menanamkan nilai-nilai kebenaran agar tetap terpancang kuat dalam memori, sanubari, dan kebiasaan anak.

6.3 KEWAJIBAN BELAJAR BAGI MUSLIMIN DAN MUSLIMAT

Perhatikan hadits Nabi saw yang sangat populer terkait dengan kewajiban aini mencari

ilmu:

“Thalabul-ilmi fariidhatun alaa kulli muslimin wa muslimatin: Mencari ilmu itu

merupakan suatu kewajiban (fariidhah) bagi muslimin dan muslimat”.

Dalam salah satu ayat,

Allah swt telah menegaskan: “Tidak aku berikan ilmu itu kepadamu melainkan serba Sedikit”.

 Mencari ilmu itu adalah perbuatan wajib, fariidhah. Karena dalam hadits Nabi saw tadi,tidak ada pembatas, siapa yang terkena kewajiban mencari ilmu itu, laki-laki atau perempuan yang mengaku Islam sebagai tuntunan hidup. Maka, mencari ilmu menjadi wajib aini, wajib untuk setiap individu. Jika manusia tidak melaksanakan kewajiban? Sama seperti pada pelanggaran kewajiban lainnya, apalagi terhadap kewajiban aini, ujung-ujungnya adalah janji Allah: Allah akan memberi ganjaran amal pelanggaran tersebut dengan siksa. Sejak lebih empat belas abad yang lalu, konsep Islam telah menyentuh sangat dalam tentang persamaan hak dan kewajiban antara muslim dan muslimat, yang kemudian hari dikenal oleh ilmuwan modern dengan konsep persamaan gender. Allah tidak membedakan kondisi muslim atau muslimat dalam urusan pahala. Allah menetapkan secara adil kepada siapapun pelaku amal kebajikan maupun keburukan. Oleh karena itu, kewajiban mencari ilmu pun menjadi kewajiban muslim maupun muslimat, tanpa kecuali. Ummat Islam pun telah memiliki gambaran bahwa mencari ilmu tidak dibaasi oleh tempat, sehingga empat belas abad yang lalu, muncul pernyataan kalimat hikmah yang menjadi bagian dari kesadaran ilmiah masyarakat saat itu yaitu mencari ilmu di luar kawasan negeri sendiri. Melalui kegiatan tersebut, masyarakat akan lebih bisa mengenal keluasan kawasan peredaran ilmu Allah swt. Masyarakat juga akan merasakan bahwa yang pintar, yang dianugerahi ilmu Allah swt itu, amat banyak. Ilmu Allah swt itu sangat beragam. Manusia tidak menjadi raja sombong dalam tempurung. Perhatikanlah isi beberapa hadits Nabi saw yang bertalian dengan kebijaksanaan sikap dalam mencari ilmu:

• “Ambillah ilmu itu sekalipun datangnya dari mulut binatang” (intinya, pelajari juga

masalah yang muncul di sekitar kehidupan binatang, bisa juga mahluk yang dianggap

lebih rendah posisinya dalam pandangan manusia)

• “Lihatlah, perhatikanlah apa yang diucapkan (isi ucapan), jangan melihat siapa yang

mengucapkan” (kebenaran itu bisa datang dari sumber yang sangat beragam, bukan

dari mulut manusia tertentu saja yang dianggap sebagai pakar)

6.4 KEWAJIBAN BELAJAR SEPANJANG HAYAT

Kewajiban mencari ilmu tidak mengenal pembatasan waktu. Selama manusia muslim dan muslimat masih (dinyatakan) hidup, kewajiban aini mencari ilmu itu masih tetap menempel. Mencari ilmu, pasti, tidak harus ditafsirkan dalam kondisi pencarian di lingkungan formal : sekolah, pesantren, ma’had, dan sejenisnya. Tantangan Allah untuk seluruh manusia, agar selalu memperhatikan alam, mempelajari kejadian yang ada di alam, adalah bentuk lahan dan proses kegiatan mencari ilmu juga. Allah menantang manusia lewat segala tanda kebesarannya di alam, supaya dipelajari oleh manusia, untuk menambah nilai keimanan manusia. Oleh karena itu, Nabi Muhammad saw, empat belas abad yang lalu, telah mencanangkan proses belajar sepanjang hidup. Perhatikan hadits Nabi saw: “Uthlubul-ilma min al-mahdi ila al-lahdi: Kondisikan kegiatan pencarian ilmu itu sejak masa buaian hingga menjelang masuk liang lahad”. Kewajiban belajar sepanjang hayat sangat terkait dengan masalah membangun kesadaran semangat dan kebutuhan belajar, karena hal itu bagian dari kewajiban hidup manusia (muslim). Semangat menjadi kata kunci sebuah kondisi kegiatan agar tetap berjalan, bisa dwam. Itulah yang disukai oleh Allah swt, sesuatu yang dawam, terus menerus, sinambung dalam semangat melakukan kebaikan. Penerapan kewajiban belajar sepanjang hayat adalah dalam jiwa, jiwa yang dipenuhi kesadaran akan kewajiban, kesadaran akan akibat yang akan timbul jika kewajiban tidak diaksanakan sebagaimana mestinya. Pendidikan sepanjang hayat adalah konsep belajar tanpa terminal. Mungkin dalam proses pembelajarannya ada shelter yang menjadi tempat pemberhentian sesaat. Shelter-shelter itu bukan tujuan. Terminal yang menyebabkan kegiatan pembelajaran terhenti bukan sifat program belajar sepanjang hayat. Belajar sepanjang hayat ada dalam konteks belajar dari segala kondisi dan lingkungan. Kewajiban belajar sejak masa kandungan kemudian merentang tanpa terminal hingga seseorang menjelang masuk liang lahat, berarti proses belajar tidak dibatasi sekadar ruang formal. Segala ruang dan lingkungan bisa digunakan untuk melaksanakan pembelajaran, termasuk pembelajaran mandiri, pengembangan masing-masing talenta individu. Yang pasti, seseorang baru bisa lepas dari ikatan kewajiban belajar sepanjang hayat ketika yang bersangkutan telah selesai masa tugasnya sebagai manusia!

6.5 KONSEP HIDAYAH

Dalam Dinul Islam pengertian hidayah adalah petunjuk yang datang dari Allah. Tidak semua manusia bisa mendapatkan hidayah. Penganugerahan hidayah ini adalah hak prerogatif Allah. Nabi Muhammad yang menjadi kekasih Allah, sama se-kali tidak memiliki kekuasaan untuk memaksa Allah menganugerahkan hidayahNya kepada Abu Thalib pada saat menjelang ajal. Bahkan, Allah memperingatkan NabiNya dengan firman yang menegaskan bahwa “Nabi tidak bisa memberi petunjuk kepada orang yang dicintainya, karena petunjuk itu hanyalah hak Allah semata”. Seperti yang telah dikutip pada ayat berikut ini,

 Artinya : “Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk” (Q.S. Al-Qashash, 28: 56)

Hidayah yang sesungguhnya telah ada dalam bentuk nyata, berupa kitab suci yang disebut Al-Qur'an dan hidayah telah tersedia. Tetapi, sejalan dengan jiwa ayat Al-Quran yang menyatakan bahwa “Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum, kecuali kaum itu sendiri yang mengubh dirinya”, ada kepastian bahwa Allah tidak mengunci mati kondisi hidayah itu.

DAFTAR PUSTAKA

https://almanhaj.or.id/3559-memilih-isteri-dan-berbagai-kriterianya-1.html

http://lifestyle.kompas.com/read/2016/09/13/164327820/studi.resmi.umumkan.tingkat.

 kecerdasan.anak.diwarisi.dari.ibu

https://science.idntimes.com/discovery/winda-carmelita/menurut-ilmuwan-kecerdasan-

 anak-diwariskan-dari-gen-ibunya/full

iQuran V 2.5.4 for Android

Mansoer, Hamdan. et.al. 2004. Materi Instruksional Pendidikan Agama Islam di

 Perguruan Tinggi Umum. Jakarta: Direktorat Perguruan Tinggi Agama Islam,

 Departemen Agama RI

Suryana, Jajang. 1997. “Isalamisasi Praktisi Sains dan Teknologi”. Makalah dalam

 Kajian Studi Islam Pengajian Muslimah Mahasiswi STKIP Singaraja

Suryana, Jajang. 2004. Kajian Pemikiran Sederhana tentang Islam. Kumpulan tulisan.

 Singaraja

Suryana, Jajang. 2010. Buku Ajar Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi

 Umum. Singaraja: Tespong

Suryana, Jajang. 2010. Buku Ajar Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi

 Umum V.2.0. Singaraja: Tespong

Taufiq, Mohamad. 2013. Addins Quran in Ms Word V 2.2.0.0. https://www.facebook.

 com/QuranInMsWord


WAHANA HOROR DI PUSAT PERBELANJAAN KOTA SINGARAJA MENGHANTUI PIKIRAN MASYARAKAT TERTARIK UNTUK BERKUNJUNG

  Sebuah pusat perbelanjaan  di tengah kota Singaraja membuka wahana horor di dalamnya. Pasalnya, wahana ini hanya dibuka sementara dan berh...